cerita lanjutan. Cerita sebelumnya klik sini
Ku buka bajuku setelah memastikan jalanan sepi. Malam
menuntunku untuk melakukan sesuatu. Pacarku diam saja. Aku semakin berani untuk membuka bajuku
kemudian.
"Mas, Kalau engkau mau, ambil saja sekarang
tidak apa. Aku rela." Begitu kataku di samping leher kanannya.
"Tetapi tidak sekarang. Tidak sekarang kita
melakukan itu. Sebab aku ingin kau harus utuh sebagai gadis hingga pernikahan
kita nanti. Aku ingin pernikahan kita nanti juga tak terdorong oleh keadaan
yang mendesak, oleh suatu permintaan tanggung jawab olehmu. Aku juga tak ingin
pernikahan hanya sebatas alat penyelamatan nama baik kita dan keluarga kita.
Iya, bukan pernikahan karena kehamilanmu."
"Lantas kau menolaknya sekarang?"
"Aku tak menolak sepenuhnya. Jujur, aku
sungguh ingin melakukan perbuatan itu. Hanya saja aku menolak waktu. Aku hanya
ingin melakukannya setelah ijab qabul terdengar oleh langit dan bumi."
"Hmmmm begitu ya. Sejak kapan kau berpikiran
seperti itu? Aku jadi ragu terhadap cintamu."
"Sejak aku mengetahui letak dimana
kehormatanmu sebagai wanita dan kekasihku. Yah, terserah dengan keraguanmu